Skip to main content

Books, sofa, and coffee

This is the second time I went to that coffee shop in Riau street, Bandung. (I won't name the place, since it might be considered advertising.) As usual, I brought a book (usually a couple of books) with me. The place was nice and cozy. I wen straight to the middle room, turned right to a room which has three nice sofa-like chairs. I ordered a hot latte, slouched and started to read my book. This was just perfect.

And then, it happened again. I just couldn't continue reading. My imagination ran wild. This time I was thinking about writing a book on the art of programming. Or, a book on the real life of programmers. I am teaching a course on programming this term. Actually, the first class is going to be this coming Tuesday. I just want to teach the real thing, not just the theory. Okay, I will do that.

I tried to cotinue reading. Again, I just couldn't do it. Now, I was thinking about something else. I was thinking about (advanced) physics, about Fermi-Pasta-Ulam problem. No, I don't understand the problem. In fact, that was exactly what I was thinking; how (what should I do) if I want to learn all of these advanced topics? This topic came about after reading (parts of) John Brockman (ed.), "The Next Fifty Years: Science in the first half of the twenty-first century." Boy, I was so lost.

Then another topic came, and another, and another ...

Thirty (or more) minutes later, I finished my latte without actually making progress reading the book. Paid the bill and went back home. I have to take train(s) to finish the book. Sofa and coffee are just too much. [Read my "trains and books" rant in my other blog. It's in Bahasa Indonesia, though.]

Comments

Anonymous said…
owalaahhh bahasa inggris.. *bingung euy *
Anonymous said…
walah...jaman sekarang masih ada yg bilang bingung bhs inggris... :)
Anonymous said…
shame on you, kedewasaan seseorang itu tidak dilihat dari tingkat kepintarannya...tapi bagaimana dia mau mengalah untuk kebaikan. Sekarang data2 whois domain pada kemana tuch?..yg bener aja pak..kita bayar utk mendapatkan service di ccTLD, klo memang uangnya ada..hrsnya kan servicenya juga tetep ada..atau emang uangnya ga tau kemana perginya? goes to that stupid lounge huh !! ga pake ngumpet2in database gitu..bikin susah orang aja !
Anonymous said…
Pak Budi saya pikir Anda sudah cukup dewasa untuk berpikir mana yang terbaik, bukan untuk Anda saja tapi untuk kepentingan orang banyak.

Keputusan Anda untuk memberikan file zone tanpa memberikan whois database pada pengelola domain CCTLD baru saya pikir adalah tindakan keputus asaan orang kalah. Saya mulanya berpikir Anda adalah orang yang lapang dada dan mau berpikir positif. Tapi nyatanya Anda adalah orang yang keras kepala dan dibutakan oleh ke-aku-an tanpa melihat kepentingan umum.
------------------------------------
BACA INI :
"Pihak ccTLD-ID hanya mau menyerahkan zone file-nya saja. Tidak secara keseluruhan database, aplikasi, standard operating procedure dan sebagainya," lanjut Heru.
Hal itu diakui oleh Budi Rahardjo. Menurut penggerak ccTLD-ID ini, pihaknya hanya akan mengerahkan zone file kepada pengelola berikutnya. Budi beranggapan hal itu sudah cukup untuk mengelola domain.
------------------------------------

Manajemen CCTLD lama dibawah bapak sudah cukup menyusahkan karena SOPnya tidak jelas, pengurusannya bertele - tele, sistemnya sangat buruk, dan lain sebagainya yang sangat mengganggu para pengguna domain ID.

SEKARANG APALAGI?? Yang bodoh itu Anda atau pengelola baru? Dimana - mana orang juga tau bahwa unsur domain bukan hanya DNS Zone. Ada whois database juga yang sangat penting menyangkut kepemilikan domain.
----------------------------------
BACA INI JUGA :
Ia pun mengaku sedih melihat kurangnya pemahaman soal zone file dari pihak yang akan diserahi pengelolaan domain. "Kalau mau menata domain tapi nggak ngerti zone file itu sangat mengerikan. Ibaratnya mau menyetir mobil tidak tahu rem dan tidak tahu gas," ujar Budi saat dihubungi detikinet secara terpisah.
------------------------------------
Jelas yang tidak mengerti itu Anda!!!
Bawa sampai mati sistem, database, SOP dan apalah sistem pengelolaan domain terburuk di dunia yang Anda bangun!! Tapi jangan bawa mati hak - hak pengguna domain ID.

INGAT!! Kami juga membayar untuk registrasi domain tersebut. Jadi Anda tidak bisa meng-klaim hak pengguna domain ID menjadi hak Anda.

Pak Budi, ini bukan dunia kampus dimana semua mahasiswa bisa Anda beri keputusan lulus atau tidak. Ini adalah kepentingan umum yang lebih berharga daripada ego Anda.

Di BLOG ini semua tulisan Anda hampir selalu memperlihatkan betapa cerdas, pintar, dan inteleknya Anda dan komunitas Anda. Tapi maaf pak!
MENJADI PINTAR ITU GAMPANG, TAPI MENJADI BIJAKSANA ITU TIDAK MUDAH!

Kalau Anda menghapus comment saya ini berarti Anda memang tidak gentle dalam menerima pendapat orang lain. Belajarlah untuk menjadi legowo! Anda akan semakin dihargai orang. Menangkanlah perang tanpa mengalahkan!
Anonymous said…
Ah betapa banyaknya moron di negeri ini. Topiknya u respon v.

Dasar negeri moron.
Anonymous said…
gak benar itu jauh komentar dari topik :P
Anonymous said…
Betul. Gak jauh koq. Intinya kan tulisan - tulisan pak Budi ini selalu mencerminkan intelektualitas, bahwa beliau selalu membawa buku kemana - mana untuk dibaca, menikmati suasana lounge yang cozy, selalu meluncurkan tulisan2 cerdas, berbahasa inggris pula. Akan tetapi kebijakan yang diambil soal pengelolaan domain ID sih menurut saya sama sekali tidak mencerminkan kedewasaan. Bener juga .. Pinter sih gampang, tapi jadi dewasa dan bijak emang susah.

Popular posts from this blog

Himbauan Kepada Hacker & Cracker Indonesia & Malaysia

Kepada Hacker & Cracker Indonesia & Malaysia, Saya mengharapkan anda tidak melakukan penyerangan atau/dan pengrusakan situs-situs Indonesia dan Malaysia. Saya mengerti bahwa akhir-akhir ini beberapa masalah di dunia nyata membuat kita kesal dan marah. Namun kekesalan tersebut sebaiknya tidak dilimpahkan ke dunia maya (cyberspace). Semestinya sebelum melakukan aksi yang berdampak negatif, kita bisa melakukan langkah-langkah positif seperti melakukan dialog (melalui email, mailing list, bulletin board, blog, dan media elektronik lainnya). Kita harus ingat bahwa kita hidup bertetangga dan bersaudara. Yang namanya hidup bertetangga pasti mengalami perbedaan pendapat. Mari kita belajar bertetangga dengan baik. Saya berharap agar kita yang hidup di dunia maya mencontohkan bagaimana kita menyelesaikan permasalahan dengan kepala dingin dan hati yang lapang, sehingga para pemimpin kita di dunia nyata dapat mencontoh penyelesaian damai. Mudah-mudahan mereka dapat lebih arif dan bijaksana...

Say NO to APJII!

Prolog At the end of 1997, I went back to Indonesia from my studies and work in Canada. The .ID domain management in Indonesia at that time was in a confusing state. Nobody wanted to manage it. Universitas Indonesia (UI) - the original maintainer - was in a fight with APJII (the Association of Indonesian ISP). In the end, IANA gave me a mandate to manage the .ID domain. Since then, I manage the .ID domain with open management. There are problems, but mostly minors. Until recently, when APJII (again) is trying to take over the .ID domain management from my team. Here's a short info to give you a head start. Short summary APJII (the association of ISP in Indonesia) is trying to takeover the .ID domain management in Indonesia. They have tried and will try everything to take over. Long description I've been managing the .ID domain since the end of 1997. At that time, nobody wanted to run the domain management. First of all, a brief description of how we run things. To run the .ID d...

More bad news with Malaysia - Indonesia

I've got more emails and news about bad news between Indonesia and Malaysia. To be exact, there was a news about RELA (not sure what that is) that goes out after Indonesians in Malaysia. There were incidents where they hit Indonesians, rob, and do horrible things. I cannot even write this is my blog. I am so sad and frustrated. What's going on with Malaysia (and Malaysians)? What did we - Indonesian(s) - do to deserve this? I thought there should be less boundary between Indonesia and Malaysia. But ... What's going on there, bro & sis? You know, more Indonesians now feel that they are offended by Malaysians. I can tell you that this bad feeling is increasing. This is a bad publicity towards Malaysia. People are now creating various calling names, such as "Malingsia" (it's a short of "maling" [thief] "siah" [you, Sundanese]), and worse.