Skip to main content

Liberalisasi bidang komputer dan servis yang terkait?

Kemarin (Rabu, 15 Desember 2004) saya ikut diskusi di Deperindag tentang masalah liberalisasi sektor "computer and related services". Masalahnya adalah apakah bidang ini perlu kita liberalisasi dengan membuka pasar kita ke negara lain? (Bidang itu sendiri nantinya bisa dirinci lebih lanjut.) Jika tidak bisa secara keseluruhan, apakah ada bidang-bidang khusus yang sudah bisa dibuka?

WTO secara berkala meminta setiap negara untuk memberikan "offer" dan "request" terbaru. Sementara ini banyak hal yang kita tutup.

Secara pribadi, dengan melihat situasi di negara kita (tentunya tidak detail), saya mengusulkan untuk menutup sampai detik-detik akhir. Pasalnya, kita belum sanggup untuk mempertahankan pasar dalam negeri kita sementara kita belum mampu masuk ke pasar asing. (Alasan-alasannya terlalu panjang untuk diutarakan pada tulisan ini, padahal saya sudah pusing nih ... lagi gak enak badan. Jadi, percayalah ada dulu.) Tapi tentunya kita tidak bisa tinggal diam karena lama kelamaan pasti akan terbuka juga pasar kita. (Ada 4 mode dalam transaksi lintas negara tersebut dimana salah satu modenya adalah crossborder yang tidak dapat dihindari dengan adanya Internet.) Harus ada inisiatif untuk mempersiapkan pelaku bisnis Indonesia agar siap dengan dibukanya gerbang. Wah ... pekerjaan rumah lagil.

*sigh*... keluh kesah

Comments

bank_al said…
Menarik sekali tuh kalau misalnya Pak Budi juga tuliskan alasan-alasan apa saja yg membuat Pak Budi berpikir bahwa kita belum siap untuk membuka pasar dalam negeri tuk orang luar.

Menurut Pak Budi, kapan kita akan siap ?
Apa yg harus dilakukan agar kita siap ?
Dan apakah jangan-jangan dengan meliberalisasikan pasar dalam negeri itu justru membuat kita siap?

Popular posts from this blog

Himbauan Kepada Hacker & Cracker Indonesia & Malaysia

Kepada Hacker & Cracker Indonesia & Malaysia, Saya mengharapkan anda tidak melakukan penyerangan atau/dan pengrusakan situs-situs Indonesia dan Malaysia. Saya mengerti bahwa akhir-akhir ini beberapa masalah di dunia nyata membuat kita kesal dan marah. Namun kekesalan tersebut sebaiknya tidak dilimpahkan ke dunia maya (cyberspace). Semestinya sebelum melakukan aksi yang berdampak negatif, kita bisa melakukan langkah-langkah positif seperti melakukan dialog (melalui email, mailing list, bulletin board, blog, dan media elektronik lainnya). Kita harus ingat bahwa kita hidup bertetangga dan bersaudara. Yang namanya hidup bertetangga pasti mengalami perbedaan pendapat. Mari kita belajar bertetangga dengan baik. Saya berharap agar kita yang hidup di dunia maya mencontohkan bagaimana kita menyelesaikan permasalahan dengan kepala dingin dan hati yang lapang, sehingga para pemimpin kita di dunia nyata dapat mencontoh penyelesaian damai. Mudah-mudahan mereka dapat lebih arif dan bijaksana...

Say NO to APJII!

Prolog At the end of 1997, I went back to Indonesia from my studies and work in Canada. The .ID domain management in Indonesia at that time was in a confusing state. Nobody wanted to manage it. Universitas Indonesia (UI) - the original maintainer - was in a fight with APJII (the Association of Indonesian ISP). In the end, IANA gave me a mandate to manage the .ID domain. Since then, I manage the .ID domain with open management. There are problems, but mostly minors. Until recently, when APJII (again) is trying to take over the .ID domain management from my team. Here's a short info to give you a head start. Short summary APJII (the association of ISP in Indonesia) is trying to takeover the .ID domain management in Indonesia. They have tried and will try everything to take over. Long description I've been managing the .ID domain since the end of 1997. At that time, nobody wanted to run the domain management. First of all, a brief description of how we run things. To run the .ID d...

More bad news with Malaysia - Indonesia

I've got more emails and news about bad news between Indonesia and Malaysia. To be exact, there was a news about RELA (not sure what that is) that goes out after Indonesians in Malaysia. There were incidents where they hit Indonesians, rob, and do horrible things. I cannot even write this is my blog. I am so sad and frustrated. What's going on with Malaysia (and Malaysians)? What did we - Indonesian(s) - do to deserve this? I thought there should be less boundary between Indonesia and Malaysia. But ... What's going on there, bro & sis? You know, more Indonesians now feel that they are offended by Malaysians. I can tell you that this bad feeling is increasing. This is a bad publicity towards Malaysia. People are now creating various calling names, such as "Malingsia" (it's a short of "maling" [thief] "siah" [you, Sundanese]), and worse.