Skip to main content

Tenggang waktu sebelum domain (.ID) didaur ulang?

Saat ini setelah domain tidak membayar, maka status domain akan berubah menjadi hold. Pada kondisi ini domain tidak dapat diquery/hilang namun domain belum dapat dilepas ke publik kembali. Saat ini belum ada aturan kapan domain yang sudah mati ini dapat digunakan kembali, mungkin oleh orang lain. Sudah saatnya ada kejelasan mengenai daurulang (recycle) nama domain ini.

Ada dua usulan batas waktu ekstrim:
  1. Satu (1) tahun setelah domain mati. Kontra: kelamaan
  2. Tiga (3) bulan setelah domain mati. Kontra: terlalu cepat
Nah mohon masukan, masukan mana yang lebih baik dipilih?
Atau kalau ada usulan lain, mohon diutarakan beserta alasannya.

Comments

Saya setuju tenggang 3 bulan, dengan peringatan sebulan sebelum, pas jatuh tempo, dan dua bulan setelah jatuh tempo. Setelah 3 peringatan tanpa balas, berarti pemilik lama tidak peduli lagi kan?
idban said…
betul, jangan lama2 kesian yg nunggu domainnya
Gobloq said…
untuk akurnya 6 bulan saja...

OOT : sekarang ini domain personal orang indonesia yang menggunakan "or.id", ada ngga ya kebijakan baru idnic untuk membuka domain ".id" saja, misalnya http://www.budi.id.

bukankah hal itu akan sangat mencerminkan personal daripada harus nenggunakan domain organisasi, belum lagi organisasi yang sebenarnya bisa jadi bingung kalau domain yang merepresentasikan organisasinya sudah dipakai oleh seseorang untuk blog, misalnya.
Anthony Fajri said…
kalo pendapat saya sih, 2 - 3 bulan setelah domain tersebut hilang (tidak bisa diquery dari master dns server0, setelah sebelumnya 1 bulan setelah domain tersebut hilang, pemilik domain (3 kontak yang ada di idnic : administrative, billing, & teknik) diberitahu.
btw, kalo boleh tahu, bagaimana cara mengetahui apakah domain tersebut hilang atau tidak ? apakah :
1. ada software
2. nunggu laporan orang lain
3. ataukah ada orang yang melakukan query terhadap domain2 yang ada (alangkah capeknya)
kalo jawabannya nomer 1, apakah saya boleh minta software-nya? :)

Popular posts from this blog

Himbauan Kepada Hacker & Cracker Indonesia & Malaysia

Kepada Hacker & Cracker Indonesia & Malaysia, Saya mengharapkan anda tidak melakukan penyerangan atau/dan pengrusakan situs-situs Indonesia dan Malaysia. Saya mengerti bahwa akhir-akhir ini beberapa masalah di dunia nyata membuat kita kesal dan marah. Namun kekesalan tersebut sebaiknya tidak dilimpahkan ke dunia maya (cyberspace). Semestinya sebelum melakukan aksi yang berdampak negatif, kita bisa melakukan langkah-langkah positif seperti melakukan dialog (melalui email, mailing list, bulletin board, blog, dan media elektronik lainnya). Kita harus ingat bahwa kita hidup bertetangga dan bersaudara. Yang namanya hidup bertetangga pasti mengalami perbedaan pendapat. Mari kita belajar bertetangga dengan baik. Saya berharap agar kita yang hidup di dunia maya mencontohkan bagaimana kita menyelesaikan permasalahan dengan kepala dingin dan hati yang lapang, sehingga para pemimpin kita di dunia nyata dapat mencontoh penyelesaian damai. Mudah-mudahan mereka dapat lebih arif dan bijaksana

More bad news with Malaysia - Indonesia

I've got more emails and news about bad news between Indonesia and Malaysia. To be exact, there was a news about RELA (not sure what that is) that goes out after Indonesians in Malaysia. There were incidents where they hit Indonesians, rob, and do horrible things. I cannot even write this is my blog. I am so sad and frustrated. What's going on with Malaysia (and Malaysians)? What did we - Indonesian(s) - do to deserve this? I thought there should be less boundary between Indonesia and Malaysia. But ... What's going on there, bro & sis? You know, more Indonesians now feel that they are offended by Malaysians. I can tell you that this bad feeling is increasing. This is a bad publicity towards Malaysia. People are now creating various calling names, such as "Malingsia" (it's a short of "maling" [thief] "siah" [you, Sundanese]), and worse.

Say NO to APJII!

Prolog At the end of 1997, I went back to Indonesia from my studies and work in Canada. The .ID domain management in Indonesia at that time was in a confusing state. Nobody wanted to manage it. Universitas Indonesia (UI) - the original maintainer - was in a fight with APJII (the Association of Indonesian ISP). In the end, IANA gave me a mandate to manage the .ID domain. Since then, I manage the .ID domain with open management. There are problems, but mostly minors. Until recently, when APJII (again) is trying to take over the .ID domain management from my team. Here's a short info to give you a head start. Short summary APJII (the association of ISP in Indonesia) is trying to takeover the .ID domain management in Indonesia. They have tried and will try everything to take over. Long description I've been managing the .ID domain since the end of 1997. At that time, nobody wanted to run the domain management. First of all, a brief description of how we run things. To run the .ID d