Skip to main content

Saya kesal dan frustasi!

I am pissed! Frustasi dan kesal kepada diri saya sendiri.

Ceritanya begini.

Banyak orang yang mengatakan bahwa saya seorang pembicara, presenter, yang cukup baik. Bahkan sering kali presentasi saya lucu dan menarik meskipun muatannya adalah muatan teknis. Nah, pada suatu saat ada seseorang yang mengusulkan agar saya menuliskan presentasi saya, tapi bukan seperti tulisan materi presentasi yang biasa dibuat untuk presentasi. Yang itu biasanya kaku. Tulisan yang dimaksud diinginkan lebih hidup seperti presentasi saya.

Ok. Saya pikir. Not a problem. How difficult could that be. Kemudian saya mencoba menulis. Bam!

Ternyata saya salah. Big problem! I was wrong. Big time.

Ternyata membuat tulisan yang menarik itu susah sekali! Ini membuat saya heran sebab tadinya saya fikir bahwa memberi presentasi itu lebih sukar dari pada menulis. Banyak orang yang tidak bisa memberikan presentasi. Ketika memberikan presentasi, kita harus cepat bereaksi terhadap pendengar. Ini tidak mudah. Jadi, mestinya membuat tulisan lebih mudah, tapi pada kenyataannya kok lebih sukar. Paling tidak, bagi saya.

Saya coba dan coba lagi membuat tulisan. Bahkan saya mencoba melantur ke novel. Ternyata hasilnya masih kasar, kaku, dan tidak lucu sama sekali. Garing. Kalau dianalogikan dengan presentasi, tulisan saya ini seperti presentasi mahasiswa teknik ketika mempresentasikan tugas akhir atau skripsinya. Gemetar dan kaku.

Arrggghhh! Dimana letak kesalahannya? Mungkin saya membutuhkan feedback langsung untuk mencari kata-kata atau ungkapan-ungkapan yang tepat? Mungkin saya membutuhkan body language untuk menceritakan perasaan saya?

Bagaimana cara pengarang kawakan bisa membuat pembaca tetap tertarik membaca karyanya? Saya sudah baca beberapa buku teori menulis (cerpen, novel, fiksi, teknis, laporan), tapi belum berhasil menemukan teknik yang cocok buat saya.

Kesal. Iri. Frustasi.

Comments

Sumodirjo said…
Penulis novel or cerpen pun nggak sekali jadi pak, buanyak penulis terkenal nulis sekian tulisannya tanpa dipublikasikan, bahkan (saya lupa namanya, mungkin pak budi ingat) ada yang rela untuk nulis ulang karyanya sampai sekian kali padahal menggunakan tulisan tangan, sekali lagi tulisan tangan pak. bagaimana? jangan menyerah! saya menantikan buku dari pak Budi semacam buku "Memahami Teknologi Informasi"
Koen said…
Masalahnya, Mas, kayaknya karena Anda memasang setting kualitas yang terlalu tinggi untuk diri sendiri. Santai donk. Jangan bikin sesuatu yang sangat bagus. Bikin aja yang sesuai dengan isi hati.
Err, buku "Surely You're Joking, Mr Feynman" yang konon lucu aja, menurut saya tidak diawali dengan baik: Snob dan membosankan. Kemudian dia baru mengalir jadi lucu dan menarik, dan baru kemudian jadi sangat menarik. Itu pun, buku ini masih sangat dibenci oleh Murray Gell-Mann.
Anonymous said…
hihihi....btw bagus/indah/cantik itu kan relatip?
Anonymous said…
hiihihi..btw bagus/cantik/indah itukan relatip? bukankah sebaiknya lebih melihat dari sisi manfaatnya?
ElangMaya said…
Pak Budi,
Mungkin menarik juga kalau pak budi berkolaborasi dengan kartunis yang ngikutin presentasi pak budi sekalian corat-coret pak budi di papan tulis di capture gitu, sepertinya bisa jadi komik yang menarik seperti buku What Is Quantum Mechanics?: A Physics Adventure atau Who Is Fourier?: A Mathematical Adventure.
cikubembem said…
hmmm... memang ada orang yg lebih bisa berkomunikasi lisan, ada juga yg lebih bisa berkomunikasi tertulis. Jadi kemampuan tiap orang itu beda-beda.
Mungkin bisa pake pendekatan reverse engineering, Pak? Jadi Bapak temukan dulu seorang penulis yang mampu melakukan apa yang Bapak inginkan.

Lalu belajarlah dari karya dia. Semua penulis adalah "peniru" di tahap awal, karena menulis adalah sesuatu yang kita pelajari sambil praktek.

Setelah mapan, lama-lama akan terbentuk gaya yang unik sendiri. Tidak apa-apa memiliki standar yang tinggi akan diri sendiri, asalkan melakukan sesuatu untuk meningkatkan kemampuan diri mengejar standar itu.
Anonymous said…
banyak orang hebat di lisan tapi tak sehebat di tulisan karena kemampuan setiap orang itu beda - bada lho.orang pintar orang yang bisa mengatasi sesuatu dengan spontan layaknya anda. dalam hidup kita perlu aktif, supel, dan kreatif.semangat maju terus..!!! layaknya berjuang hidup,ok,,,
Anonymous said…
banyak orang hebat di lisan tapi tak sehebat di tulisan karena kemampuan setiap orang itu beda - bada lho.orang pintar orang yang bisa mengatasi sesuatu dengan spontan layaknya anda. dalam hidup kita perlu aktif, supel, dan kreatif.semangat maju terus..!!! layaknya berjuang hidup,ok,,,
Anonymous said…
saya setuju kalau dibikin tulisan berilustrasi. semacam komik. jadi "body language" tulisan ini tidak semata2 dibayangkan, tapi divisualisasikan juga.

begitu..

Popular posts from this blog

Himbauan Kepada Hacker & Cracker Indonesia & Malaysia

Kepada Hacker & Cracker Indonesia & Malaysia, Saya mengharapkan anda tidak melakukan penyerangan atau/dan pengrusakan situs-situs Indonesia dan Malaysia. Saya mengerti bahwa akhir-akhir ini beberapa masalah di dunia nyata membuat kita kesal dan marah. Namun kekesalan tersebut sebaiknya tidak dilimpahkan ke dunia maya (cyberspace). Semestinya sebelum melakukan aksi yang berdampak negatif, kita bisa melakukan langkah-langkah positif seperti melakukan dialog (melalui email, mailing list, bulletin board, blog, dan media elektronik lainnya). Kita harus ingat bahwa kita hidup bertetangga dan bersaudara. Yang namanya hidup bertetangga pasti mengalami perbedaan pendapat. Mari kita belajar bertetangga dengan baik. Saya berharap agar kita yang hidup di dunia maya mencontohkan bagaimana kita menyelesaikan permasalahan dengan kepala dingin dan hati yang lapang, sehingga para pemimpin kita di dunia nyata dapat mencontoh penyelesaian damai. Mudah-mudahan mereka dapat lebih arif dan bijaksana

More bad news with Malaysia - Indonesia

I've got more emails and news about bad news between Indonesia and Malaysia. To be exact, there was a news about RELA (not sure what that is) that goes out after Indonesians in Malaysia. There were incidents where they hit Indonesians, rob, and do horrible things. I cannot even write this is my blog. I am so sad and frustrated. What's going on with Malaysia (and Malaysians)? What did we - Indonesian(s) - do to deserve this? I thought there should be less boundary between Indonesia and Malaysia. But ... What's going on there, bro & sis? You know, more Indonesians now feel that they are offended by Malaysians. I can tell you that this bad feeling is increasing. This is a bad publicity towards Malaysia. People are now creating various calling names, such as "Malingsia" (it's a short of "maling" [thief] "siah" [you, Sundanese]), and worse.

Say NO to APJII!

Prolog At the end of 1997, I went back to Indonesia from my studies and work in Canada. The .ID domain management in Indonesia at that time was in a confusing state. Nobody wanted to manage it. Universitas Indonesia (UI) - the original maintainer - was in a fight with APJII (the Association of Indonesian ISP). In the end, IANA gave me a mandate to manage the .ID domain. Since then, I manage the .ID domain with open management. There are problems, but mostly minors. Until recently, when APJII (again) is trying to take over the .ID domain management from my team. Here's a short info to give you a head start. Short summary APJII (the association of ISP in Indonesia) is trying to takeover the .ID domain management in Indonesia. They have tried and will try everything to take over. Long description I've been managing the .ID domain since the end of 1997. At that time, nobody wanted to run the domain management. First of all, a brief description of how we run things. To run the .ID d