Skip to main content

Mengapa tidak ngotot berseteru

Beberapa rekan mempertanyakan mengapa saya tidak ngotot untuk tetap berseteru dan mempertahankan pengelolaan domain .ID. Apakah tidak takut dikatakan kalah?

Keputusan saya untuk mengundurkan diri dari pengelolaan .ID sebetulnya sudah saya sampaikan tahun lalu di acara NiCE 2004. Jadi ini bukan keputusan yang mendadak. Namun memang saya tidak mau berseteru meskipun setelah saya teliti dokumen-dokumen yang saya miliki (beserta ahli hukum saya), kemungkinan menang adalah antara 80% sampai dengan 90%.

Ada dua hal penting yang mempengaruhi keputusan saya. Yang pertama adalah buku "Don't be sad" karangan Dr. 'Aidh bin Abdullah al-Qarni, MA. Dalam buku ini banyak sekali mutiara yang disampaikan dengan cara yang menyentuh. Topik yang paling banyak saya baca adalah bagian tentang bersabar. Ternyata ini semua adalah ujian bagi saya untuk bersabar. Banyak contoh disampaikan di dalam buku tersebut mengenai kesabaran orang-orang besar. Meski mereka dihina (sangat menyakitkan), akan tetapi mereka tetap sabar dan cenderung memaafkan.

"Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah daripaa orang-orang yang bodoh." (al-A'raf [7]:199)

"Maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik, pahalanya atas (tanggungan) Allah." (asy-Syura' [42]:40)

Ada sebuah hadits, "Orang yang kuat bukanlah yang kuat dalam bertempur. Sesungguhnya orang yang kuat ialah orang yang bisa mengontrol dirinya ketika ia sedang marah."

Sebagian orang mengatakan bahwa dalam Injil dikatakan, "Maafkanlah tujuh kali orang yang sekali berbuat salah kepadamu."

Jadi sabar merupakan ujian terhadap diri saya sendiri. Untuk sementara ini saya merasa cukup berhasil. Saya menang terhadap diri saya sendiri. I won against myself. Mudah-mudahan bisa terus demikian.


Hal kedua yang menyebabkan saya mengambil keputusan untuk bersabar dan berkesan mengalah adalah film "Hero" yang dibintangi oleh Jet Li yang saya tonton bolak balik di kereta api Argo Gede yang mengantarkan saya ke Jakarta dan kembali ke Bandung. Saya akan ceritakan bagian dari film ini yang menyentuh saya. (Maaf jika menceritakan beberapa bagian dari film ini, bagi yang belum menonton.)

Dalam film ini dikisahkan para pendekar yang berjuang menurut keyakinan mereka. Dikisahkan para pendekar ini ingin membunuh raja Qin yang dikatakan lalim. Pada akhirnya ada seorang pendekar yang sadar bahwa raja Qin ini tidak boleh dibunuh demi kepentingan umat negara Cina. Sang pendekar ini mencoba meyakinkan rekan-rekannya akan hal tersebut. Akan tetapi banyak yang tidak mengerti. Akhirnya dua pendekar yang gagah perkasa mengerti.

Untuk meyakinkan pendekar lainnya dan juga Raja Qin, mereka rela mati. Mereka sebetulnya dapat membunuh raja tersebut, dan secara teknis memang raja tersebut sudah mereka kalahkan. Akan tetapi mereka tidak mementingkan ego pribadinya agar terkenal. Mereka justru berkesan mengalah. Orang akan melihat mereka kalah. Akan tetapi, bagi mereka yang penting adalah pesan mereka sampai.

Ada dua adegan dimana kedua pendekar itu mati yang sangat menyentuh hati saya (sampai mata basah). Salah satu pendekar rela mati ditangan kawannya untuk membuatnya mengerti. "Mengapa tidak kau tangkis pendangku?" tanya kawannya, yang terheran mengapa dia dibiarkan menusuk sang pendekar. "Karena mungkin ini adalah satu-satunya cara untuk membuatmu mengerti." Hanya untuk membuat pasangannya mengerti, dia rela mati. Sungguh suatu pengorbanan yang sangat besar. Demikian pula dengan satu pendekar lainnya. Dia menghadapi kematian dengan gagah berani. Saya ingin memiliki keteguhan hati dan kerendahan hati seperti mereka.

Anda harus menonton film "Hero" ini untuk mengerti apa yang saya maksudkan sehingga mengerti mengapa saya melakukan hal ini; tidak mau konfrontasi.

Comments

Anonymous said…
Mengalah untuk sebuah pengertian memang baik, tetapi kadang-kadang pada kondisi dan situasi tertentu hal itu terasa tidak pas dan tidak memberikan pelajaran kepada pihak-pihak tertentu.

Saya sendiri tidak bisa memastikan apakah mengalah dalam hal ini sudah pas atau tidak.

'Moral of the story': memegang jabatan yang ada kaitannya dengan duit atau popularitas memang selalu jadi sasaran tembak pihak-pihak tertentu :)
Anonymous said…
Pak Budi,

Saya dukung apa yang Bapak lakukan yang menurut Bapak terbaik. Namun apakah tidak ada tindakan yang lebih enak, selain harus dengan mengudurkan diri. 'Apa tidak ada jalan kemenangan, tanpa ada harus merelakan kematian, seperti cerita di Hero itu?'

Selamat berjuang Pak.
Anonymous said…
Awalnya saya termasuk mendukung langkah Pak Budi untuk mempertahankan .id, dengan berbagai alasan. Memang saya cuma mendukung diam-diam, paling dengan doa. Menurut saya, saat itu Pak Budi sedang menjalankan sebuah kerja (atau malah bisa disebut bisnis) yang bermoral dan beretika.

Begitu saya tahu Pak Budi mengalah dalam kasus itu, saya sempat kaget juga. Namun begitu mendengar analogi HERO-nya Jet Li, "All Under the Heaven," saya rasa saya bisa mengerti alasannya.

"The person who really understand me is my furious enemy," kata Raja Qin saat Nameless mengungkapkan kenapa dia dan Broken Sword tidak mau membunuh Raja Qin.

Namun saya tidak tahu apakah banyak yang menderita karena .id ini, seperti halnya penderitaan rakyat Cina saat penyatuan 7 kerajaan itu?

Dan yang menjadi pikiran utama saya adalah, mudah2an pihak yang ingin mengambil alik .id itu benar-benar seperti Raja Qin: bertujuan mulia, demi kemaslahatan umat dan bangsa.

Doa saya, semoga niat Pak Budi juga disampaikan Tuhan kepada mereka. Sehingga pengorbanan ini tidak sia2...
jonsh said…
halo Pak Budi,

IMHO langkah apapun yang pak Budi ambil tidak akan bisa menghapus jasa/hasil pekerjaan yang pak Budi TELAH lakukan, tidak akan ada yang bisa menghapus jejak yang pak Budi telah tinggalkan.

Sedikit harapan, kalau bisa tulisan yang berisi : kronologis, cerita-cerita analogi, kutipan-kutipan email, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan pak BR sebagai TLD-ID bisalah kiranya diperbanyak, disebar kemana-mana.
(mudah2an tidak terkesan membanding2kan) ... seperti melihat betapa pentingnya ternyata tulisan pak RMS46 dulu tentang supersemar, dan sering dijadikan referensi, padahal waktu itu (pak BR masih di Ca ya pak ?) kalau dilihat yang hadir...yah...gak kebayang pengaruhnya sangat besar sampai saat ini, dibuktikan dengan seringnya dijadikan sebagai referensi dokumen (wong ide awal acara buka puasa bersama kok)

Walaupun jarang ketemu pak Budi (2 kali ? 3 kali ?), saya yakin "kejadian" ini tidak akan bisa membendung perbaikan2 yang sebenarnya yang bapak lakukan khususnya dalam dunia Internet yang sehat di Indonesia.

Salam pak Budi...
jonsh said…
This comment has been removed by a blog administrator.
jonsh said…
This comment has been removed by a blog administrator.
Anonymous said…
Pak Budi, Selamat!
Anda telah memenangkan pertarungan melawan ego dan ke-aku-an. Dari awal saya tidak mendukung Bapak untuk mempertahankan pengelolaan CCTLD ID, buat apa sih pak?

Percayalah bahwa nama Bapak tidak akan dengan mudah dimatikan begitu saja. Bagaimanapun Bapak yang merintis di awal, ini sangat penting artinya (bagi orang yang paham akan moralitas dan etika).

Saya sekarang benar - benar mengagumi dan sangat menghormati Bapak. Semoga pak Budi bisa benar - benar "legowo", karena kemenangan ini kuncinya adalah di hati yang ikhlas.

Selamat sekali lagi! Buat saya pak Budi lah yang menang!
Anonymous said…
Tambahan satu lagi hehehe ..
Semoga pengelolaan domain CCTLD ID menjadi semakin profesional dengan meneruskan apa yang diperjuangkan oleh Pak Budi.
ambaradventure said…
Hero juga berarti sangat tipis antara penjahat dan pahlawan. Tergantung darimana kita melihat. Semoga diberi kelebihan yang berlebih nantinya Pak Budi
Anonymous said…
wew...too dramatical in this case. You'll never know what you have till you lost them. Berat rasanya mungkin ya pak, tapi mudah2an bagi saya yg sering dibuat susah oleh ccTLD jadi punya pengharapan baru. Like ngurus domain ga lebih dari 2 hari mungkin? Biar pak Yanto kupingnya juga ga bakalan panas dikomplain orang setiap hari :) Semoga kinerjanya lebih baik lagi. Let's build Indonesian IT better !
Anonymous said…
Assalamu'alaikum Wr Wb.
Saya mungkin orang yang setuju dengan keputusan yang pak Budi ambil.
Lebih baik ambil yang lebih banyak manfaatnya untuk diri sendiri dan untuk banyak orang, dari pada mempertahankan ego pribadi.
Dan yang utama, kejujuran, kesabaran dan mengalah adalah kunci dalam mengalahkan kebthilan.

Wassalam,
Anonymous said…
pak budi
saya tak pernah bertemu dengan pak budi, hanya mengenal dari sejumlah tulisan, dan berita di media, terutama di internet.
keputusan yang pak budi ambil dalam kasus ini adalah yang terbaik dalam ukuran saya. sebuah kemenangan yang berarti. dan semoga memberi pelajaran bagi yang mengerti. dan semoga memberi kebaikan bagi banyak orang.
[dari saya yang pernah mampir sejenak di informatika itb]
L. Pralangga said…
Pak Budi,

Banyak kesempatan memang, "avoid confrontation" itu merupakan solusi, mungkin karena si oponen berada dalam level intelgensia yang inkompeten.. hemat energi -hemat emosi :)

Kalau meminjam istilah jawa: "Sing waras ngalah.."
Triwil said…
Pak Budi yang saya hormati ..

Ok Saya dukung Anda apapun keputusan yang anda ambil.. :)

Kebetulan.. pas banget analogi film "Hero" Jet Li.. dan saya punya VCD-nya
dan sering-sering banget di puter.. dan coba di pahami... :)

Intinya kalau memang .. "Kaisar Qin"
memang punya tujuan untuk kebaikan bersama yang lebih baik .. kenapa tidak di dukung walau.. "ego" sendiri harus punah.

Yang penting kita harapkan pengelolaan domain ID akan lebih baik.

Jadi .. what's next must look to the future..
Anonymous said…
wes ra po po mas budhi, ngalah wae, urip sing tentrem lan damai.
Anonymous said…
damai buat siapa nich?..buat pak budi iya..buat customer..apa ya mau diperlakukan semaunya begitu? Shame on you people..kuliah tinggi2 itu ga buat bikin susah orang!
Anonymous said…
Pak Budi saya pikir Anda sudah cukup dewasa untuk berpikir mana yang terbaik, bukan untuk Anda saja tapi untuk kepentingan orang banyak.

Keputusan Anda untuk memberikan file zone tanpa memberikan whois database pada pengelola domain CCTLD baru saya pikir adalah tindakan keputus asaan orang kalah. Saya mulanya berpikir Anda adalah orang yang lapang dada dan mau berpikir positif. Tapi nyatanya Anda adalah orang yang keras kepala dan dibutakan oleh ke-aku-an tanpa melihat kepentingan umum.
------------------------------------
BACA INI :
"Pihak ccTLD-ID hanya mau menyerahkan zone file-nya saja. Tidak secara keseluruhan database, aplikasi, standard operating procedure dan sebagainya," lanjut Heru.
Hal itu diakui oleh Budi Rahardjo. Menurut penggerak ccTLD-ID ini, pihaknya hanya akan mengerahkan zone file kepada pengelola berikutnya. Budi beranggapan hal itu sudah cukup untuk mengelola domain.
------------------------------------

Manajemen CCTLD lama dibawah bapak sudah cukup menyusahkan karena SOPnya tidak jelas, pengurusannya bertele - tele, sistemnya sangat buruk, dan lain sebagainya yang sangat mengganggu para pengguna domain ID.

SEKARANG APALAGI?? Yang bodoh itu Anda atau pengelola baru? Dimana - mana orang juga tau bahwa unsur domain bukan hanya DNS Zone. Ada whois database juga yang sangat penting menyangkut kepemilikan domain.
----------------------------------
BACA INI JUGA :
Ia pun mengaku sedih melihat kurangnya pemahaman soal zone file dari pihak yang akan diserahi pengelolaan domain. "Kalau mau menata domain tapi nggak ngerti zone file itu sangat mengerikan. Ibaratnya mau menyetir mobil tidak tahu rem dan tidak tahu gas," ujar Budi saat dihubungi detikinet secara terpisah.
------------------------------------
Jelas yang tidak mengerti itu Anda!!!
Bawa sampai mati sistem, database, SOP dan apalah sistem pengelolaan domain terburuk di dunia yang Anda bangun!! Tapi jangan bawa mati hak - hak pengguna domain ID.

INGAT!! Kami juga membayar untuk registrasi domain tersebut. Jadi Anda tidak bisa meng-klaim hak pengguna domain ID menjadi hak Anda.

Pak Budi, ini bukan dunia kampus dimana semua mahasiswa bisa Anda beri keputusan lulus atau tidak. Ini adalah kepentingan umum yang lebih berharga daripada ego Anda.

Di BLOG ini semua tulisan Anda hampir selalu memperlihatkan betapa cerdas, pintar, dan inteleknya Anda dan komunitas Anda. Tapi maaf pak!
MENJADI PINTAR ITU GAMPANG, TAPI MENJADI BIJAKSANA ITU TIDAK MUDAH!

Kalau Anda menghapus comment saya ini berarti Anda memang tidak gentle dalam menerima pendapat orang lain. Belajarlah untuk menjadi legowo! Anda akan semakin dihargai orang. Menangkanlah perang tanpa mengalahkan!
Anonymous said…
Saya baru mengenal Pak Budi ketika mengambil kuliah beliau. Namun saya dapat melihat bahwa Beliau tulus dalam mengelola domain .id yang dulu tidak ada uangnya. Tapi begitu ada daging (uang) anjing menggongong langsung berebut. Satu yang saya herankan mengapa APJII yang berniat "merebut" pengelolaan domain .id dan juga dengan segala fitnahnya tapi masih berusaha menjilat dengan menawarkan posisi manajer. Mental orang-orang yang ga tau malu dan rakus. Mau enaknya sendiri. Tanpa kerja tapi dapat duit. Menjilat LUDAHNYA sendiri.
Anonymous said…
Dari dulu juga gitu, sesuatu yang tidak ada duitnya dan prospek duitnya belum jelas maka nggak bakal ada yang mau ngurus, tapi dikala bayangan duitnya berjibun maka akan banyak orang yang berusaha dengan sekuat tenaga dengan slogan-slogan yang aduhai profesionalismelah, modernlah, dengan mencari-cari sisi kelemahan. Ingat saja jika kita mencari kelemahan seseorang maka yakinlah seumur hidup kita tidak akan selesai, karena manusia itu lemah, maka pandanglah kebaikan, jasanya, kita tidak akan dapat menyamai kebaikan satu saja dari seorang perintis! Maka merendahlah dan jangan sombong dengan kebaikan-kebaikan yang belum nyata. Seorang perintis sudah melakukan!
ARahmadi said…
Pak Budi, Anda hebat.
Saya terus terang kesal sekali dengan penggantungan domain ini. saya adalah reseler, dan sekarang giliran saya dimaki-maki sama customer lama dan baru tentang registrasi/perpanjangan domain .id.

Saya sependapat, zona-nya saja yang dikasih, apalagi Anda dianggap tidak profesional dan cenderung arogan sebelumnya. Jadi, kalau sistem yang tidak profesional dan arogan, ngapain diminta juga SOP dan whoisnya ? Kenapa datanya dimanfaatkan tapi orangnya dibuang ?

Memang, saat ini (terutama justru di akademisi) tren untuk merebut kerja orang lain, diedit sana sini (tanpa mau membuat dari raw), lalu diakui sebagai miliknya memang sering terjadi.

Tapi dilain sisi, kita semua kesusahan, sehingga harus daftar ulang lagi, mana nantinya harus bayar berapa juga gak tahu. Yang jelas cantara ccTLD-ID maupun APJII jangan kayak anak kecil.

Jangan mencaci orang tapi pekerjaannya dirampas (diakui secara halus). Kalau memang bisa ya buat barulah SOP-nya, karena yang lama unprofessional. Tapi kalau mau diminta, ya minta dengan baik dan sopan, sehingga retensi dari pihak lama gak terjadi.

Saya sangat paham akan kekesalan pihak lama karena sudah merintis, mengelola tanpa dana yang berarti, eh dianggap tidak professional tapi produknya dipakai.

Lucu.
Anonymous said…
luar biasa ..... salut deh
Dee said…
Salam kenal, Pak

I was googling about prayers for people who slandered when I found your blog. Your writing is worth reading, so I continue to read it.

What you've experienced perhaps what I'm experiencing now, I am trying hard to win against my self over emotions and ego, while I'm being victimized again.

I just wanna ask you, how did you feel after everything's over? did you feel relief or did you think you could do something better?

Thanks very much
Budi Rahardjo said…
Dee, after the dust has settled ... I think (and am sure) that I made the right decision.

I am happy (that's important) and apparently people also understand (what I have gone through and points that I wanted to get across). They respect me more for what I have done. (This is not important to me, but it is a plus.)

This was a good decision. No, I don't think I could do better.

Good luck (in solving your problem[s]), be strong, and have faith. ... Don't worry too much.
Dee Dee said…
Thanks very very much, Pak!

I really appreciate it.

Popular posts from this blog

Himbauan Kepada Hacker & Cracker Indonesia & Malaysia

Kepada Hacker & Cracker Indonesia & Malaysia, Saya mengharapkan anda tidak melakukan penyerangan atau/dan pengrusakan situs-situs Indonesia dan Malaysia. Saya mengerti bahwa akhir-akhir ini beberapa masalah di dunia nyata membuat kita kesal dan marah. Namun kekesalan tersebut sebaiknya tidak dilimpahkan ke dunia maya (cyberspace). Semestinya sebelum melakukan aksi yang berdampak negatif, kita bisa melakukan langkah-langkah positif seperti melakukan dialog (melalui email, mailing list, bulletin board, blog, dan media elektronik lainnya). Kita harus ingat bahwa kita hidup bertetangga dan bersaudara. Yang namanya hidup bertetangga pasti mengalami perbedaan pendapat. Mari kita belajar bertetangga dengan baik. Saya berharap agar kita yang hidup di dunia maya mencontohkan bagaimana kita menyelesaikan permasalahan dengan kepala dingin dan hati yang lapang, sehingga para pemimpin kita di dunia nyata dapat mencontoh penyelesaian damai. Mudah-mudahan mereka dapat lebih arif dan bijaksana

More bad news with Malaysia - Indonesia

I've got more emails and news about bad news between Indonesia and Malaysia. To be exact, there was a news about RELA (not sure what that is) that goes out after Indonesians in Malaysia. There were incidents where they hit Indonesians, rob, and do horrible things. I cannot even write this is my blog. I am so sad and frustrated. What's going on with Malaysia (and Malaysians)? What did we - Indonesian(s) - do to deserve this? I thought there should be less boundary between Indonesia and Malaysia. But ... What's going on there, bro & sis? You know, more Indonesians now feel that they are offended by Malaysians. I can tell you that this bad feeling is increasing. This is a bad publicity towards Malaysia. People are now creating various calling names, such as "Malingsia" (it's a short of "maling" [thief] "siah" [you, Sundanese]), and worse.

Say NO to APJII!

Prolog At the end of 1997, I went back to Indonesia from my studies and work in Canada. The .ID domain management in Indonesia at that time was in a confusing state. Nobody wanted to manage it. Universitas Indonesia (UI) - the original maintainer - was in a fight with APJII (the Association of Indonesian ISP). In the end, IANA gave me a mandate to manage the .ID domain. Since then, I manage the .ID domain with open management. There are problems, but mostly minors. Until recently, when APJII (again) is trying to take over the .ID domain management from my team. Here's a short info to give you a head start. Short summary APJII (the association of ISP in Indonesia) is trying to takeover the .ID domain management in Indonesia. They have tried and will try everything to take over. Long description I've been managing the .ID domain since the end of 1997. At that time, nobody wanted to run the domain management. First of all, a brief description of how we run things. To run the .ID d