Skip to main content

Mengamati karya tulis siswa SMU/SMA/SMK

Baru-baru ini saya diminta untuk menjadi salah seorang juri pada lomba karya tulis ilmiah pada tingkatan SMU/SMK/SMK (atau yang sederajat). Ada beberapa hal yang menarik yang dapat saya tangkap dari tulisan mereka.

Yang pertama adalah bahwa sebagian besar menggunakan gaya bahasa yang "berbunga-bungan" dan terlalu banyak pendahuluan (introduction). Misalnya, penggunaan kalimat "sebagaimana kita ketahui..." dan sejenisnya banyak juga. Nampaknya ini merupakan kultur kita (dan akan tetap demikian jika kita melihat jejak ini).

Topik yang berulang-ulang, yang nampaknya mendapat perhatian besar dari mereka, adalah:

  • Energi. Banyak yang mencari alternatif energi, khususnya menghasilkan listrik.
  • Transportasi. Banyak yang mencari ide untuk mengantarkan barang. (Manusia bisa dianggap sebagai barang tidak ya?) Kebanyakan melalui terbang / melayang dalam berbagai bentuk. Bahkan ada yang mengusulkan melalui teleportasi dan nanoteknologi.
  • Penanganan sampah. Mereka mulai memperhatikan alternatif untuk memusnahkan sampah, termasuk plastik dan styrofoam.

Menarik ya ...

Comments

Budi Rahardjo said…
Sayang sekali saya hanya diberi hardcopy, dan itu juga sudah saya kembalikan ke panitia.
Koen said…
Ya setidaknya excerpt-nya.

Popular posts from this blog

Himbauan Kepada Hacker & Cracker Indonesia & Malaysia

Kepada Hacker & Cracker Indonesia & Malaysia, Saya mengharapkan anda tidak melakukan penyerangan atau/dan pengrusakan situs-situs Indonesia dan Malaysia. Saya mengerti bahwa akhir-akhir ini beberapa masalah di dunia nyata membuat kita kesal dan marah. Namun kekesalan tersebut sebaiknya tidak dilimpahkan ke dunia maya (cyberspace). Semestinya sebelum melakukan aksi yang berdampak negatif, kita bisa melakukan langkah-langkah positif seperti melakukan dialog (melalui email, mailing list, bulletin board, blog, dan media elektronik lainnya). Kita harus ingat bahwa kita hidup bertetangga dan bersaudara. Yang namanya hidup bertetangga pasti mengalami perbedaan pendapat. Mari kita belajar bertetangga dengan baik. Saya berharap agar kita yang hidup di dunia maya mencontohkan bagaimana kita menyelesaikan permasalahan dengan kepala dingin dan hati yang lapang, sehingga para pemimpin kita di dunia nyata dapat mencontoh penyelesaian damai. Mudah-mudahan mereka dapat lebih arif dan bijaksana...

Say NO to APJII!

Prolog At the end of 1997, I went back to Indonesia from my studies and work in Canada. The .ID domain management in Indonesia at that time was in a confusing state. Nobody wanted to manage it. Universitas Indonesia (UI) - the original maintainer - was in a fight with APJII (the Association of Indonesian ISP). In the end, IANA gave me a mandate to manage the .ID domain. Since then, I manage the .ID domain with open management. There are problems, but mostly minors. Until recently, when APJII (again) is trying to take over the .ID domain management from my team. Here's a short info to give you a head start. Short summary APJII (the association of ISP in Indonesia) is trying to takeover the .ID domain management in Indonesia. They have tried and will try everything to take over. Long description I've been managing the .ID domain since the end of 1997. At that time, nobody wanted to run the domain management. First of all, a brief description of how we run things. To run the .ID d...

More bad news with Malaysia - Indonesia

I've got more emails and news about bad news between Indonesia and Malaysia. To be exact, there was a news about RELA (not sure what that is) that goes out after Indonesians in Malaysia. There were incidents where they hit Indonesians, rob, and do horrible things. I cannot even write this is my blog. I am so sad and frustrated. What's going on with Malaysia (and Malaysians)? What did we - Indonesian(s) - do to deserve this? I thought there should be less boundary between Indonesia and Malaysia. But ... What's going on there, bro & sis? You know, more Indonesians now feel that they are offended by Malaysians. I can tell you that this bad feeling is increasing. This is a bad publicity towards Malaysia. People are now creating various calling names, such as "Malingsia" (it's a short of "maling" [thief] "siah" [you, Sundanese]), and worse.