Skip to main content

Brain fatigue?

I was reading a book. It was in "the about the author" section, where there is a list of work the author has done, when I had to stop. Should I read this long list of stories, novels, that the writer had written? Do I really want to know? Or to be exact, do I need to memorize them?

I always have this idea that if I use my brain too much it will detoriate. It's like using a floppy disk too many times. It wears out. Thus, if I memorize things too much, my brain will wear out? I don't like to memorize things for this [silly?] reason. Or, if you use a battery - charge and discharge - too many times, the quality will go down quickly. But is our brain really like that?

On the other hand, if I don't use (anything), then whatever it is it will not function proprely either. An example of this is exercise. I don't work out regularly. So, when I play badminton with my kids, my body aches. I concluded that if I don't use my brain regularly, it won't be in a good shape. But I am still afraid of using it too much.

I was reminded with something that I read earlier in Jack Foster's "How To Get Ideas."

"The brain is not a muscle that gets fatigued."

Whoa! Does it mean that I don't have to worry using my brain too many times? Is it true?

Comments

Anonymous said…
lari-lari juga make otak.
abis lari-lari jadi cape.

ya, make otak emang bikin cape! hihi.
Anonymous said…
funny i read the same term brain fatigue just yesterday, on a time magazine interview of clint eastwood. clint said that MTV's style of video clips or filming -- a pop culture that's just going to be a lot of flash images -- that stuff is fatiguing to the brain. we're never going to get a chance to look at anything.
Anonymous said…
aaaahhhh bahasa inggris *bingung ah*
budiw said…
aku pernah baca, katanya kalo otak malah gak pernah dipake (males mikir) itu malah bikin syaraf-syaraf mati, jadi lama kelamaan malah lemot. kesimpulannya semakin sering dipake, syaraf-syarafnya semakin aktif, jadi gak mati...
--budiw
http://budiw.tk
za said…
Pak Budi, if you are really interested to brain, you better get the latest (or March) National Geographic Magazine edition. The main issue is about human's brain.

Hope it will answer your question.

Popular posts from this blog

Himbauan Kepada Hacker & Cracker Indonesia & Malaysia

Kepada Hacker & Cracker Indonesia & Malaysia, Saya mengharapkan anda tidak melakukan penyerangan atau/dan pengrusakan situs-situs Indonesia dan Malaysia. Saya mengerti bahwa akhir-akhir ini beberapa masalah di dunia nyata membuat kita kesal dan marah. Namun kekesalan tersebut sebaiknya tidak dilimpahkan ke dunia maya (cyberspace). Semestinya sebelum melakukan aksi yang berdampak negatif, kita bisa melakukan langkah-langkah positif seperti melakukan dialog (melalui email, mailing list, bulletin board, blog, dan media elektronik lainnya). Kita harus ingat bahwa kita hidup bertetangga dan bersaudara. Yang namanya hidup bertetangga pasti mengalami perbedaan pendapat. Mari kita belajar bertetangga dengan baik. Saya berharap agar kita yang hidup di dunia maya mencontohkan bagaimana kita menyelesaikan permasalahan dengan kepala dingin dan hati yang lapang, sehingga para pemimpin kita di dunia nyata dapat mencontoh penyelesaian damai. Mudah-mudahan mereka dapat lebih arif dan bijaksana...

More bad news with Malaysia - Indonesia

I've got more emails and news about bad news between Indonesia and Malaysia. To be exact, there was a news about RELA (not sure what that is) that goes out after Indonesians in Malaysia. There were incidents where they hit Indonesians, rob, and do horrible things. I cannot even write this is my blog. I am so sad and frustrated. What's going on with Malaysia (and Malaysians)? What did we - Indonesian(s) - do to deserve this? I thought there should be less boundary between Indonesia and Malaysia. But ... What's going on there, bro & sis? You know, more Indonesians now feel that they are offended by Malaysians. I can tell you that this bad feeling is increasing. This is a bad publicity towards Malaysia. People are now creating various calling names, such as "Malingsia" (it's a short of "maling" [thief] "siah" [you, Sundanese]), and worse.

Tenggang waktu sebelum domain (.ID) didaur ulang?

Saat ini setelah domain tidak membayar, maka status domain akan berubah menjadi hold. Pada kondisi ini domain tidak dapat di query /hilang namun domain belum dapat dilepas ke publik kembali. Saat ini belum ada aturan kapan domain yang sudah mati ini dapat digunakan kembali, mungkin oleh orang lain. Sudah saatnya ada kejelasan mengenai daurulang ( recycle ) nama domain ini. Ada dua usulan batas waktu ekstrim: Satu (1) tahun setelah domain mati. Kontra: kelamaan Tiga (3) bulan setelah domain mati. Kontra: terlalu cepat Nah mohon masukan, masukan mana yang lebih baik dipilih? Atau kalau ada usulan lain, mohon diutarakan beserta alasannya.