Skip to main content

Melepaskan cerita pendek

Dua tahu yang lalu saya mulai menulis sebuah cerita pendek. Tadinya mau menulis novel thriler (ala Neal Stephenson, atau malah Dan Brown?), akan tetapi napas sudah mulai tersegal-segal. Ternyata memang saya belum naik kelas di dunia tulis menulis. Cerita pendek yang saya tulis ini sudah saya erami dua tahun lebih dan tidak ada kemajuan. Apa pilihan saya?

Pilihan pertama, meneruskannya sampai selesai. Berapa pun waktu yang dibutuhkan, teruskan saja. Tapi, saya sudah tersegal-segal. Mandheg. Kalau saya ambil pilihan ini, mungkin cerita baru selesai dua tahun lagi. Belum tentu bagus lagi. Sudah capek-capek, jelek lagi. Wah!

Pilihan kedua, buang. Mulai dari awal lagi. Ada salah satu wisdom dalam pemrograman komputer, yaitu jika anda sudah mulai macet dalam kode yang anda tulis, lebih baik buang kode tersebut dan mulai dari awal lagi. Tapi, cerita saya ini sudah saya buat satu tahun lebih. Sayang juga kalau dibuang.

Pilihan ketiga, terbitkan saja. Lemparkan saja ke publik. Siapa tahu ada yang suka dengan ceritanya, atau malah bisa menjadi editor untuk membuat cerita itu lebih menarik. Memangnya ada yang tertarik?

1? 2? 3? 1? 2? 3? ...

Comments

imponk said…
Pilih yang pertama; DISELESAIKAN!! ayo ayo ayoooo! :D
Ikhlasul Amal said…
Kalau sampai berhasil menulis cerita pendek, Goenawan Muhammad ikut memuji lho... :-)
Kata dia, bukan sesuatu yang mudah mengemas sebuah cerita dalam tempat terbatas seperti cerpen.
Budi Rahardjo said…
Sebetulnya saya agak sedikit berbohong. Seperti dikatakan Amal, menulis cerpen itu susah (karena terbatasnya tempat). Yang saya tulis sebetulnya bukan cerpen, tapi cerita panjang (cerpan?). Niat semulanya sih mau buat Novel, tapi masih jauh dari situ.

Ada yang minat untuk menjadi reviewer (pembaca novel itu)? Kirim email jalur pribadi, nanti saya kirimkan filenya.

-- budi
Anonymous said…
iya pak budi, setelah direviewer, saya insya allah bersedia menerbitkannya.-- Ardiansyah
Sumodirjo said…
Sedikit kommen, tulisan pak budi sebenernya menarik dari segi cerita maupun plot, hanya saja settingnya kebanyakan pak Budi masih dengan cara tell, bukan show.
Baru saya oprek pak cerpennya dirumah, tapi nggak tau akan selesai kapan, baru banyak urusan darat(plus mau UAS).FYI, saya juga bukan penulis fiksi, tapi (salah satu keinginan saya)pengen jadi penulis fiksi. lanjutannya saya nantikan lho pak!

Popular posts from this blog

Himbauan Kepada Hacker & Cracker Indonesia & Malaysia

Kepada Hacker & Cracker Indonesia & Malaysia, Saya mengharapkan anda tidak melakukan penyerangan atau/dan pengrusakan situs-situs Indonesia dan Malaysia. Saya mengerti bahwa akhir-akhir ini beberapa masalah di dunia nyata membuat kita kesal dan marah. Namun kekesalan tersebut sebaiknya tidak dilimpahkan ke dunia maya (cyberspace). Semestinya sebelum melakukan aksi yang berdampak negatif, kita bisa melakukan langkah-langkah positif seperti melakukan dialog (melalui email, mailing list, bulletin board, blog, dan media elektronik lainnya). Kita harus ingat bahwa kita hidup bertetangga dan bersaudara. Yang namanya hidup bertetangga pasti mengalami perbedaan pendapat. Mari kita belajar bertetangga dengan baik. Saya berharap agar kita yang hidup di dunia maya mencontohkan bagaimana kita menyelesaikan permasalahan dengan kepala dingin dan hati yang lapang, sehingga para pemimpin kita di dunia nyata dapat mencontoh penyelesaian damai. Mudah-mudahan mereka dapat lebih arif dan bijaksana

More bad news with Malaysia - Indonesia

I've got more emails and news about bad news between Indonesia and Malaysia. To be exact, there was a news about RELA (not sure what that is) that goes out after Indonesians in Malaysia. There were incidents where they hit Indonesians, rob, and do horrible things. I cannot even write this is my blog. I am so sad and frustrated. What's going on with Malaysia (and Malaysians)? What did we - Indonesian(s) - do to deserve this? I thought there should be less boundary between Indonesia and Malaysia. But ... What's going on there, bro & sis? You know, more Indonesians now feel that they are offended by Malaysians. I can tell you that this bad feeling is increasing. This is a bad publicity towards Malaysia. People are now creating various calling names, such as "Malingsia" (it's a short of "maling" [thief] "siah" [you, Sundanese]), and worse.

Say NO to APJII!

Prolog At the end of 1997, I went back to Indonesia from my studies and work in Canada. The .ID domain management in Indonesia at that time was in a confusing state. Nobody wanted to manage it. Universitas Indonesia (UI) - the original maintainer - was in a fight with APJII (the Association of Indonesian ISP). In the end, IANA gave me a mandate to manage the .ID domain. Since then, I manage the .ID domain with open management. There are problems, but mostly minors. Until recently, when APJII (again) is trying to take over the .ID domain management from my team. Here's a short info to give you a head start. Short summary APJII (the association of ISP in Indonesia) is trying to takeover the .ID domain management in Indonesia. They have tried and will try everything to take over. Long description I've been managing the .ID domain since the end of 1997. At that time, nobody wanted to run the domain management. First of all, a brief description of how we run things. To run the .ID d