Skip to main content

Globalisasi 3.0

Diambil dari:
http://rahard.wordpress.com/2005/12/27/globalisasi-30/

Thomas Friedman dalam bukunya “The World is Flat” mengatakan bahwa kita sudah memasuki globalisasi 3.0. Nah, apakah itu globalisasi 3.0 dan adakah versi-versi sebelumnya?

Globalisasi 1.0 dimulai ketika jaman penjajahan (kolonialisme) dahulu. Pada jaman itu beruntunglah seseorang yang menjadi warga negara besar (negara penjajah? seperti Inggris, Belanda, Spanyol, dan seterusnya). Rugilah individu yang menjadi warga negara yang dijajah seperti Indonesia. Kemakmuran seseorang ditentukan oleh kewarganegaraannya. Itulah sebabnya orang berbondong-bondong ingin menjadi warga negara dari negara besar tersebut.

Globalisasi 2.0 terjadi karena adanya industri dan bisnis. Peta kesuksesan berubah dengan munculnya perusahaan besar (multinational companies). Tidak penting lagi warga negara seseorang. Anda boleh menjadi warga negara Nigeria, Indonesia, India, Inggris, atau Amerika, yang penting adalah Anda menjadi bagian dari perusahaan besar seperti IBM, General Electric (GE), Schlumberger, dan seterusnya. Rugilah orang yang menjadi pegawai negeri (PNS). Ha ha ha. Maka berbondong-bondonglah orang ingin bekerja di perusahaan multinasional ini.

Globalisasi 3.0 tidak lagi mementingkan kewarganegaraan ataupun perusahaan besar. Anda adalah diri Anda sendiri. Globalisasi 3.0 dimungkinkan dengan adanya teknologi informasi (seperti adanya Internet) yang memberdayakan individu-individu. Bisnis, usaha, karya, dan layanan dapat Anda lakukan dari rumah Anda. Anda tidak perlu menjadi warga negara dari sebuah negara tertentu ataupun menjadi pegawai dari perusahaan besar. Anda dapat sukses dengan menjadi diri Anda sendiri.

Nah, siapkah kita untuk mengikuti globalisasi 3.0 ini?

Comments

Anonymous said…
Mbak Warastuti, sepertinya pak Budi ini mengambil dari sisi positifnya perkembangan iptek yg juga melahirkan globalisasi.

Globalisasi, seperti juga dgn pisau, bisa punya unsur positif dan negatif. Pisau di tangan perampok, tentu kita hindari, kan?

Begitu juga dgn "sukses menjadi diri sendiri".

Salam kenal juga nih.

Popular posts from this blog

Himbauan Kepada Hacker & Cracker Indonesia & Malaysia

Kepada Hacker & Cracker Indonesia & Malaysia, Saya mengharapkan anda tidak melakukan penyerangan atau/dan pengrusakan situs-situs Indonesia dan Malaysia. Saya mengerti bahwa akhir-akhir ini beberapa masalah di dunia nyata membuat kita kesal dan marah. Namun kekesalan tersebut sebaiknya tidak dilimpahkan ke dunia maya (cyberspace). Semestinya sebelum melakukan aksi yang berdampak negatif, kita bisa melakukan langkah-langkah positif seperti melakukan dialog (melalui email, mailing list, bulletin board, blog, dan media elektronik lainnya). Kita harus ingat bahwa kita hidup bertetangga dan bersaudara. Yang namanya hidup bertetangga pasti mengalami perbedaan pendapat. Mari kita belajar bertetangga dengan baik. Saya berharap agar kita yang hidup di dunia maya mencontohkan bagaimana kita menyelesaikan permasalahan dengan kepala dingin dan hati yang lapang, sehingga para pemimpin kita di dunia nyata dapat mencontoh penyelesaian damai. Mudah-mudahan mereka dapat lebih arif dan bijaksana...

More bad news with Malaysia - Indonesia

I've got more emails and news about bad news between Indonesia and Malaysia. To be exact, there was a news about RELA (not sure what that is) that goes out after Indonesians in Malaysia. There were incidents where they hit Indonesians, rob, and do horrible things. I cannot even write this is my blog. I am so sad and frustrated. What's going on with Malaysia (and Malaysians)? What did we - Indonesian(s) - do to deserve this? I thought there should be less boundary between Indonesia and Malaysia. But ... What's going on there, bro & sis? You know, more Indonesians now feel that they are offended by Malaysians. I can tell you that this bad feeling is increasing. This is a bad publicity towards Malaysia. People are now creating various calling names, such as "Malingsia" (it's a short of "maling" [thief] "siah" [you, Sundanese]), and worse.

Tenggang waktu sebelum domain (.ID) didaur ulang?

Saat ini setelah domain tidak membayar, maka status domain akan berubah menjadi hold. Pada kondisi ini domain tidak dapat di query /hilang namun domain belum dapat dilepas ke publik kembali. Saat ini belum ada aturan kapan domain yang sudah mati ini dapat digunakan kembali, mungkin oleh orang lain. Sudah saatnya ada kejelasan mengenai daurulang ( recycle ) nama domain ini. Ada dua usulan batas waktu ekstrim: Satu (1) tahun setelah domain mati. Kontra: kelamaan Tiga (3) bulan setelah domain mati. Kontra: terlalu cepat Nah mohon masukan, masukan mana yang lebih baik dipilih? Atau kalau ada usulan lain, mohon diutarakan beserta alasannya.